CONTOH MAKALAH TENTANG
TANAH ALFISOL
TANAH ALFISOL
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tanah Alfisol ini
dengan lancar.
Terlepas
dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami dengan tangan
terbuka menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir
kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Pangkalan
Bun, November 2016
Penyusun
Kelompok
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3 Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sifat Fisika Tanah Alfisol........................................................................ 3
2.2 Sifat Kimia
Tanah Alfisol...................................................................... 6
2.3 Sifat Biologi Tanah Alfisol..................................................................... 8
2.4 Pembentukan Tanah Alfisol dan Proses Terjadinya................................ 9
2.5 Cara Pengolahan Tanah Alfisol............................................................. 11
2.6 Kelemahan Tanah Alfisol...................................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit.
Pembentukan tanah dari bongkahan bumi mulai dari proses-proses pemecahan atau
penghancuran, dimana bahan induk hancur berkeping-keping secara halus. Proses pembentukan
tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk
tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan
yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah.
Pembentukan struktur tanah dan pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke
bagian bawah dan berbagai proses lain, ini dapat diketahui apabila kita
menggali lubang pada tanah, maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang
berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya. Lapisan-lapisan inilah yang disebut
dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar dimana susunan
horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.
Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan
melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari
permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut
terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan
pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh
genangan air.
Alfisol merupakan tanah yang telah berkembang dengan
karakteristik profil tanah membentuk sekuen horison A/E/Bt/C, yang terbentuk
melalui proses kombinasi antara podsolisasi dan laterisasi pada daerah iklim
basah dan biasanya terbentuk dibawah tegakan hutan berkayu keras (Tan, 2000).
Alfisol adalah tanah-tanah di daerah yang mempunyai
curah hujan yang cukup tinggi. Sehingga dapat menggerakkan lempung ke bawah dan
membentuk horison argilik. Horison argilik merupakan horison atau lapisan tanah
yang terbentuk akibat terjadi akumulasi liat. Alfisol mempunyai kejenuhan basa
tinggi (50%) dan umumnya merupakan tanah subur. Tanah tersebut umumnya
terbentuk di bawah berbagai hutan atau tertutup semak.
Jenis tanah Alfisol memiliki lapisan solum tanah yang
cukup tebal yaitu antara 90-200 cm, tetapi batas antara horizon tidak begitu
jelas. Warna tanah adalah coklat sampai dengan merah. Tekstur agak bervariasi
dari lempung sampai liat, dengan struktur gumpal bersusut. Kandungan unsur hara
tanaman seperti N, P, K dan Ca umumnya rendah dan reaksi tanahnya (pH) sangat
tinggi (Sarief, 1979).
Alfisol secara potensial termasuk tanah yang subur,
meskipun bahaya erosi sangatlah tinggi sehingga perlu mendapat perhatian.
Hardjowigeno, (1987) mengatakan bahwa untuk peningkatan produksi masih di
perlukan usaha-usaha intensifikasi antara lain pemupukan dan pemeliharaan tanah
serta tanaman dengan pengelolaan yang sebaik – baiknya. Darmawijaya, (1990)
menambahkan bahwa jika tanah tersebut mendapat air yang secukupnya maka dapat
di Tanami tebu, padi dan tanaman buah – buahan secara intensif.
Tanah Alfisol memiliki struktur tanah yang liat. Liat
yang tertimbun di horizon bawah ini berasal dari horizon diatasnya dan tercuci
ke bawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol digambar dengan
adanya perubahan tekstur yang sangat jelas dalam jarak vertikal yang sangat
pendek yang dikenal Taksonomi Tanah (USDA, 1985) sebagai Abrupat Tekstural
Change (perubahan tekstur yang sangat ekstrim). (Buchman dan Brady, 1982).
Pada tanah Alfisol memilki kandungan P dan K sangat
tergantung dengan umur dan macam tuff. Tanah-tanah yang berkembang dari batuan
kapur tidak memperlihatkan bercak-bercak besi dan mangan, tekstur dengan
bercak-bercak gloy, pH dan kejenuhan basa yang tinggi serta kandungan P dan K
yang rendah. Biasanya pada tanah Alfisol terdapat konkresi di bawah pada bajak
dan mempunyai liat pada pod surfaces. Bentuk dan sifat pergerakan serta
redistribusi fosfor telah menjadi bahan pada banyak penelitian dalam Alfisol
dan tanah-tanah lainnya. Hal ini utamanya diakibatkan oleh peranan fosfor dalam
hara tanaman. Translokasi fosfor dalam Albaqualfs dan menemukan adanya
penimbunan P dari tanah-tanah sekitarnya yang tergolong Aquoll. Dengan
meningkatnya perkembangan profil kalsium-P berkurang dalam profil yang terlapuk
sementara Fe-P meningkat. Horison-horison dengan liat maksimum umumnya
mengandung total P yang minimal yang menunjukkan bahwa liat tidak efektif dalam
mengikat P (Askari, 2010).
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
proses pembentukan tanah Alfisol ?
2. Bagaimana
cara pengelolaan tanah Alfisol ?
3. Bagaimana
kita mengatasi apabila kita menemukan tanah Alfisol ?
1.2 Tujuan
1. Kita
bisa mengetahui bagaimana proses pembentukan tanah Alfisol
2. Kita
juga mengetahui bagaimana cara mengelola tanah Alfisol
3. Serta
kita bisa mengetahui bagaimana mengatasi apabila kita menemukan tanah Alfisol.
4. Sebagai
tugas mata kuliah dasar ilmu tanah
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat Fisika Tanah Alfisol
A.
Tekstur
Tekstur
tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separate) yang dinyatakan
sebagai perbandingan proporsi (%) relative antara fraksi pasir (sand),
debu (silt), dan liat (clay).
Berikut ini
merupakan Tabel Klasifikasi Ukuran Partikel :
|
Sumber
|
Soil separates
|
|||
|
|
Kerikil
|
pasir
|
debu
|
liat
|
|
USDA
|
> 2mm
|
2 mm–50 mm
|
50 mm-2 mm
|
< 2mm
|
|
ISSS
|
> 2mm
|
2 mm-20 mm
|
20 mm-2 mm
|
< 2mm
|
|
USPRA
|
> 2mm
|
2 mm-50 mm
|
50 mm-5 mm
|
< 5mm
|
|
BSI, MIT,
DIN
|
> 2mm
|
2 mm-60 mm
|
60 mm-2 mm
|
< 2mm
|
Berdasarkan kelas teksturnya maka
tanah digolongkan menjadi :
1. Tanah
bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir
atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.
2. Tanah
bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung minimal 37,5%
liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam)
3. Tanah
bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari :
a. tanah
bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung
berpasir (Sandy Loam) atau lempung berpasir halus (2 macam)
b. tanah
bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat halus,
lempung (Loam), lempung berdebu (Silty Loam) atau debu (Silt)
(4 macam)
c. tanah
bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (Clay Loam)
atau lempung liat berdebu (Sandy-silt Loam) (3 macam)
Tanah yang didominasi
pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) (disebut lebih poreus),
tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) (agak
poreus), sedangkan yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro
(kecil) atau tidak poreus.
Pada tanah
jenis Alfisol memiliki tekstur lempung liat berpasir hingga liat,
dan fraksinya halus, maka terbentuk tanah liat (tanah lempung berat),
yang mudah padat-kompak.
B.
Struktur
Merupakan gumpalan tanah yang berasal dari
partikel-partikel tanah yang saling merekat satu sama lain karena adanya
perekat misalnya eksudat akar, hifa jamur, lempung, humus, dll.
Ikatan partikel tanah berwujud sebagai agregat tanah
yang membentuk dirinya, yang mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan
(ketahanan) yang berbeda-beda.
Pengamatan struktur tanah di lapangan terdiri dari :
1.
Pengamatan bentuk dan susunan agregat tanah Þ tipe struktur (lempeng,
tiang, gumpal, remah, granuler, butir tunggal, pejal)
2.
Besarnya agregat Þ klas struktur (sangat halus, halus, sedang, kasa, sangat
kasar)
3.
Kuat lemahnya bentuk agregat Þ derajad struktur (tidak beragregat, lemah,
sedang, kuat)
Pada tanah jenis Alfisol memiliki struktur butir hingga tiang dan
kemantapan agregatnya kuat.
C.
Konsistensi
Adalah derajad kohesi dan adhesi antara
partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk
oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.
Konsistensi ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur
tanah
Cara penentuan konsistensi tanah yaitu :
1.
lapangan : memijit tanah dalam kondisi kering, lembab dan basah (2)
laboratorium : Angka-angka Atterberg
2.
Penentuan di lapangan :
-
Kondisi kering : kekerasan (lepas, lunak, keras)
-
Kondisi lembab keteguhan (lepas, gembur, teguh)
-
Kondisi basah : kelekatan dan plastisitas
3.
Penentuan di laboratorium : menentukan Batas Cair (BC), Batas Lekat (BL),
Batas Gulung (BG) dan Batas Berubah Warna (BBW)
-
Batas Cair : kadar air yang
dapat ditahan oleh tanah
-
Batas Lekat adalah kadar air
dimana tanah tidak melekat ke logam
-
Batas Berubah Warna adalah batas air dimana air sudah tidak dapat diserap oleh akar tanaman
karena terikat kuat oleh tanah
Pada tanah jenis Alfisol memiliki konsistensi yang
teguh dalam kondisi lembab karena dipengaruhi tekstur dominan liat yang
membentuk agregat padat-kompak. Sedangkan dilihat dari kondisi basah, tanah
Alfisol memiliki konsistensi lekat dan plastis, dipengaruhi pula oleh
teksturnya yang dominan lempung liat berpasir hingga liat, sehingga lekat di
tangan dan mudah digulung serta dibentuk cincin.
D.
Porositas
Porositas atau pori-pori tanah
adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh air dan udara).
Pori-pori tanah dapat dibedakan
menjadi pori-pori kasar (makro pore) dan pori-pori halus (micro pore).
Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat.
Tanah dengan banyak pori-pori kasar
(pasir) sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan, tetapi sistem
perakarannya dalam. Sedangkan untuk tanah-tanah liat dapat menahan air dengan
baik hanya saja sistem perakarannya lebih dangkal dibandingkan tanah dominan
pasir.
Porositas tanah dipengaruhi oleh :
-
Kandungan bahan organik
-
Struktur tanah
-
Tekstur tanah
Pada tanah
jenis Alfisol memiliki tekstur yang dominan lempung hingga liat, porositasnya
rendah menyebabkan penetrasi akar dangkal karena tekstur lempung hingga liat
memiliki pori-pori mikro yang tidak poreus selain itu strukturnya padat-kompak
sulit ditembus akar untuk berpenetrasi.
E.
Warna tanah
Secara
langsung mempengaruhi penyerapan sinar matahari dan salah satu faktor penentu
suhu tanah.
Secara tidak
langsung berhubungan dengan sifat-sifat tanah, misal informasi subsoil
drainase, kandungan bahan organik surface horizon, pembeda antar horison.
Diukur
dengan menggunakan standar warna (Soil Munsell Color Chart)
Warna tanah
dapat meliputi putih, merah, coklat, kelabu, kuning, dan hitam, kadangkala
dapat pula kebiruan atau kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tak
murni tetapi campuran kelabu, coklat, dan bercak (rust), kerapkali 2-3
warna terjadi dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (mottling). Warna
tanah disebabkan oleh adanya bahan organik, dan atau status oksidasi senyawa
besi dalam tanah.
Pada tanah jenis Alfisol memiliki warna coklat kemerahan hingga merah
gelap. Menunjukkan bahwa tanah tersebut mengandung sedikit bahan organik tanah.
2.2 Sifat Kimia Tanah
Tanah
yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat
di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi
yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang
tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci
kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama
adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga
Podzolik Merah Kuning.
A. Sifat
Kimia dan Kandungan Mineralogi Pada Tanah Alfisol
Pada tanah Alfisol memilki kandungan P dan K sangat
tergantung denagn umur dan macam tuff. Tanah-tanah yang berkembang dari batuan kapur
tidak memperlihatkan bercak-bercak besi dan mangan, tekstur dengan
bercak-bercak gloy, pH dan kejenuhan basa yang tingi serta kandungan P dan K
yang rendah. Biasanya pada tanah Alfisol terdapat konkresi di bawah pada bajak
dan mempunyai liat pada pod surfaces (Hakim, dkk, 1986).
Bentuk dan sifat pergerakan serta redistribusi fosfor
telah menjadi bahan pada banyak penelitian dalam Alfisol dan tanah-tanah
lainnya. Hal ini utamanya diakibatkan oleh peranan fosfor dalam hara tanaman.
Translokasi fosfor dalam Albaqualfs dan menemukan adanya penimbunan P dari
tanah-tanah sekitarnya yang tergolong Aquoll. Dengan meningkatnya perkembangan
profil kalsium-P berkurang dalam profil yang terlapuk sementara Fe-P meningkat.
Horison-horison dengan liat maksimum umumnya mengandung total P yang minimal
yang menunjukkan bahwa liat tidak efektif dalam mengikat P (Lopulisa, 2004).
Jenis tanah Alfisol memiliki lapisan solum tanah yang
cukup tebal yaitu antara 90-200 cm, tetapi batas antara horizon tidak begitu
jelas. Warna tanah adalah coklat sampai merah. Tekstur agak bervariasi dari
lempung sampai liat, dengan struktur gumpal bersusut. Kandungan unsure hara
tanaman seperti N, P, K dan Ca umumnya rendah dan reaksi tanahnya (pH) sangat
tinggi (Sarief, 1985).
Alfisol merupakan tanah yang subur, banyak digunakan
untuk pertanian, rumput ternak, atau hutan. Tanah ini mempunyai kejenuhan
basa tinggi, kapasitas tukar kation tinggi, cadangan unsur hara tinggi
(Hardjowigeno, 1993).
Kapasitas Tukar Kation tanah adalah jumlah muatan negatif
tanah baik yang bersumber dari permukaan koloid anorganik (liat) muatan koloid
organik (humus) yang merupakan situs pertukaran kation-kation. Baha organik
tanah
Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++,
Mg+, K+, Na+, H+, Al3+ dan
sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut dalam air
tanah atau diserap oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation (dalam
miliekuivalen) yang dapat diserap oleh tanah persatuan berat
tanah (biasanya per 100 gram) dinamakan Kapasitas Tukar Kation (KTK).
Kation-kation yang telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh
air gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat di dalam
larutan tanah (Foth, 1991).
Kapasitas tukar kation menunjukkan kemampuan tanah
untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut.
Kapasitas tukar kation penting untuk kesuburan tanah maupun untuk genesis
tanah. Beberapa pengukuran KTK tanah telah dilaksanakan dengan hasil yang
berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena:
1. KTK bervariasi sesuai dengan pH. Oleh karena itu
dalam menentukan KTK di laboratorium harus dijelaskan pada pH berapa KTK
tersebut ditentukan. Beberapa tanah menunjukkan KTK rendah pada pH lapang
(pH rendah) tetapi tinggi pada pH tinggi, misalnya pada pH 8,2. Hal ini
disebabkan karena perbedaan daya reaksi kation-kation dengan koloid tanah yang
ada apakah kolid-koloid tersebut berupa mineral liat kristalin, hidroksida,
senyawa amorf atau bahan organic. Penentuan KTK pada pH 7 banyak
dilakukan.
2. Hasil analisis KTK dapat berbeda karena kation yang
dipergunakan untuk mengganti kation-kation dalam koloid tanah (bahan
pengekstrak) berbeda (Hardjowigeno, 1985).
2.3 Sifat Biologi Tanah
A. Fauna Tanah
Dibedakan
menjadi makrofauna dan mikrofauna
1. Makrofauna
Hewan-hewan
besar (makrofauna) penghuni tanah dapat dibedakan menjadi : (a) hewan-hewan
besar pelubang tanah, misalnya tikus, kelinci yang lebih sering merugikan
karena memakan dan menghancurkan tanaman, (b) cacing tanah, berfungsi mengaduk
dan mencampur tanah dan memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi
menjadi lebih baik, dan lebih mudah ditembus akar, (c) arthropoda dan moluska,
membantu memperbaiki tata udara tanah dengan membuat lubang-lubang kecil pada
tanah tersebut.
2. Mikrofauna
Hewan-hewan
mikrofauna dalam tanah yang terpenting adalah protozoa dan nematoda.
Protozoa
berperan dalam menghambat daur ulang (recycling) unsure-unsur hara, ataupun
menghambat berbagai proses dalam tanah yang melibatkan bakteri.
Nematoda
berdasarkan jenis makanannya dibedakan menjadi : (a) omnivorous, memakan
sisa-sisa bahan organic, (b) predaceous, memakan hewan-hewan tanah, (c)
parasitic, merusak akar tanaman.
B. Flora Tanah
Dibedakan
menjadi makroflora dan mikroflora
1. Makroflora
Tanaman-tanaman
tinggi merupakan makroflora sebagai produsen primer bahan organic dan
penyimpanan energy surya. Akar-akar tanaman meningkatkan agregasi tanah, dank
arena akar menembus ke lapisan tanah yang dalam maka bila membusuk menjadi
sumber humus tidak hanya dilapisan atas tetapi juga dilapisan yang lebih dalam.
2. Mikroflora
Mikroflora
dalam tanah sangat beraneka ragam. Bakteri, fungi, actinomycetes, dan algae
dapat ditemukan pada setiap contoh tanah. Bakteri, fungi, dan actinomycetes
membantu pembentukan struktur tanah yang mantap karena tumbuhan mikro ini dapat
mengeluarkan (sekresi) zat perekat yang tidak mudah larut dalam air. Dalam hal
pembentukan struktur tanah ini, fungi dan actinomycetes jauh lebih efisien
(lebih 17 kali lebih efisien) daripada bakteri, tetapi bakteri mempunyai fungsi
lain yang lebih penting.
Bakteri
autotroph bermanfaat bagi manusia mempengaruhi sifat-sifat tanah sehubungan
dengan cara bakteri tersebut untuk mendapatkan energy. Bakteri autotroph dalam
tanah terpenting adalah bakteri nitrifikasi yang dapat mengoksidasi ammonia nitrit
(oleh nitrosomonas) dan nitrat (oleh nitrobacter).
Sifat
biologi tanah pada jenis tanah Alfisol secara keseluruhan yaitu memiliki
kehidupan organisme tanah yang rendah, baik fauna tanah maupun flora tanah,
karena jenis tanah Alfisol memiliki BOT yang rendah padahal BOT adalah makanan
organisme tanah, khusunya cacing tanah. Sehingga, akibat keberadaan BOT
tersebut mempengaruhi pula keberadaan organisme dalam tanah yang banyak membawa
pengaruh pada kesuburan tanah itu sendiri.
2.4 Pembentukan Tanah Alfisol dan
Proses Terjadinya
Tanah
Alfisol terbentuk dari bahan-bahan yang mengandung karbonat dan tidak lebih tua
dari Pleistosin. Di daerah dingin, hampir semuanya berasal dari bahan induk
yang berkapur dan masih muda. Di daerah basah, bahan induk biasanya lebih tua
daripada di daerah dingin. Tanah Alfisol dapat ditemukan pada wilayah dengan
temperatur sedang/sub tropik dengan adanya pergantian musim hujan dan musim
kering. Pembentukan tanah Alfisol memerlukan waktu ± 5000 tahun karena
lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk horison argilik.
Di Indonesia, pembentukan tanah alfisol memerlukan
waktu sekitar 2000 sampai 7000 tahun yang berdasarkan tingkat perkembangan
horisonnya. Ada dua syarat yang diperlukan pembentukan tanah Alfisol, yaitu
ditemukan mineral liat kristalin yang sedang jumlahnya dan terjadi akumulasi
liat kristalin tersebut di horison B yang jumlahnya memenuhi syarat horison
argilik, atau kandik. Translokasi liat tersebut terjadi dalam lingkungan agak
masam atau dalam lingkungan ”sodik alkaline”. Keadaan lingkungan yang
memungkinkan terbentuknya horison spodik, mollik atau horison lain yang bukan
argilik tidak terdapat. Alfisol ditemukan di banyak zone iklim, tetapi yang
utama adalah di daerah beriklim sedang yang bersifat humid atau subhumid,
dengan bahan induk relatif muda dan stabil paling sedikit selama beberapa ribu
tahun.
Alfisol adalah tanah yang relatif muda, masih banyak
mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya
unsur hara.
Proses pembentukan Alfisol
melalui urutan sebagai berikut :
d. Pencucian Karbonat
Pencucian karbonat dari lapisan atas merupakan
prasyarat untuk pembentukan Alfisol. Kalsium karbonat (dan bikar-bonat)
merupakan flocculant yang kuat sehingga dalam pembentukan Alfisol, karbonat
perlu dicuci lebih dulu agar plasma menjadi lebih mudah bergerak bersama dengan
air perkolasi. Dengan pencucian karbonat ini tanah lapisan atas menjadi lebih
masam kadang-kadang sampai mencapai pH 4,5 (Hardjowigeno, 2003).
b. Pencucian Besi
dan Braunifikasi
Besi sebagai flocculant dengan kekuatan sedang mengalami
pencucian dari lapisan atas setelah karbonat, dan diendapkan di horison B,
sehingga warna tanah menjadi coklat (braunification). Pembentukan Epipedon
Okhrik (Horison A). Bahan organik tidak tercampur terlalu dalam dengan
bahan-mineral, karena akar-akar halus tanaman hutan tidak terlalu banyak masuk
ke dalam tanah seperti daerah padang rumput. Bahan organik yang terdapat di
permukaan tanah dicampur dengan bahan mineral oleh cacing atau hewan-hewan
lain, pada kedalaman 2-10 cm, sehingga terbentuk lapisan mull (horison A).
Proses biocycling unsur hara dan basa-basa dari subsoil ke horison O dan A
merupakan proses yang penting untuk tanah Udalf. Hal ini dapat menyebabkan
reaksi tanah di permukaan menjadi hampir netral (pH 6,5-7,0), sedang reaksi
tanah di subsoil menjadi lebih masam (pH 4,8-5,8) (Hardjowigeno, 2003).
e. Pembentukan Horison Albik
Beberapa jenis Alfisol ada yang memiliki horison E
yang jelas berwarna pucat yang disebut horison albik (misalnya tanah
Albaqualf). Horison ini terbentuk sebagai akibat pencucian liat dan bahan
organik, sedang proses mineralisasi sedikit sekali terjadi. Pencucian liat
berjalan secara mekanik (lessivage) bersama air perkolasi. Horison albik
kadang-kadang juga mengandung juga mengandung cukup banyak bahan organik tetapi
tidak berwarna. Mineral-mineral resisten seperti kuarsa menjadi lebih banyak di
horison A dan rasio SiO2/R2O3 menjadi lebih besar dari Bt (Hardjowigeno, 2003).
f. Pengendapan Argillan
Terjadinya
pengendapan liat (argillan) bersama seskuioksida dan bahan organik di horison
Bt disebabkan oleh beberapa hal, yaitu air perkolasi tidak cukup banyak
sehingga tidak dapat meresap lebih jauh ke dalam tanah, butir-butir tanah yang
mengembang, menutup pori-pori tanah sehingga air perkolasi lambat bergerak,
penyaringan oleh pori-pori halus yang tersumbat, dan flokulasi liat bermuatan
negatif oleh besi oksida yang bermuatan positif di horison Bt dan oleh
kejenukan basa yang lebih tinggi setelah kemarau panjang mendorong pembentukan
Alfisol
2.5 Cara Pengolahan Tanah Alfisol
Di negara
ASEAN, hampir sebagian besar huma pertaniannya berupa sawah. Agar kelestarian
tanah alfisol terjaga sehingga bisa ditanami padi, kita harus melakukan
pemeliharaan tanah alfisol dengan pengolahan huma nan baik. Adapun cara
pengolahan nan harus dilakukan ialah sebagai berikut.
1. Permukaan
tanah harus diratakan terlebih dahulu serta harus dikelilingi pematang buat
penahan air. Jika di dataran nan sudah datar, kita cukup membuat pematangnya
saja.
2. Harus
disediakan pengairan melalui saluran irigasi. Jika letaknya di lereng gunung,
harus didatarkan terlebih dahulu agar bisa dialiri air. Itulah sebabnya bentuk
sawah terlihat seperti berundak-undak.
3. Pendataran
huma ini disebut pembuatan teras. Pesawahan nan berbentuk teras-teras ini bisa
kira lihat di lereng gunung di Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Bali bagian
selatan.
4. Hanya
bisa ditanami padi ketika musim hujan saja jika sistem irigasinya kurang baik.
5. Jika
sistem pengairan kurang baik, manfaatkan tanah alfisol ini dengan menanam
palawija selama lapisan tanahnya masih cukup lembab.
6. Untuk
sawah tadah hujan hanya dapat menanam padi ketika musim hujan saja.
7. Sawah
irigasi bisa menanam padi sepanjang tahun. Namun, buat pemeliharaan tanah ini,
hendaklah diselingi dengan tanaman lain. Misalnya, tebu. Dapat juga dilakukan
sistem tumpang sari, yaitu menanam lebih dari satu tanaman dalam satu lahan.
2.6 Kelemahan Tanah Alfisol
Kelemahan dari jenis tanah ini adalah rendahnya
kandungan unsur organik hal ini di sebabkan karena lokasi dan bahan pembentuk
dari tanah alfisol itu sendiri. Dimana tanah alfisol terbentuk dari lapukan
batu kapur yang berada di kedalam 180 cm sehingga tanah ini kekurang unsur
organik
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Alfisol merupakan tanah yang telah berkembang dengan
karakteristik profil tanah membentuk sekuen horison A/E/Bt/C, yang terbentuk
melalui proses kombinasi antara podsolisasi dan laterisasi pada daerah iklim
basah dan biasanya terbentuk dibawah tegakan hutan berkayu keras (Tan, 2000).
Alfisol adalah tanah-tanah di daerah yang mempunyai
curah hujan yang cukup tinggi. Sehingga dapat menggerakkan lempung ke bawah dan
membentuk horison argilik. Horison argilik merupakan horison atau lapisan tanah
yang terbentuk akibat terjadi akumulasi liat. Alfisol mempunyai kejenuhan basa
tinggi (50%) dan umumnya merupakan tanah subur. Tanah tersebut umumnya
terbentuk di bawah berbagai hutan atau tertutup semak.
Tanah Alfisol memiliki struktur tanah yang liat. Liat
yang tertimbun di horizon bawah ini berasal dari horizon diatasnya dan tercuci
ke bawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol digambar dengan
adanya perubahan tekstur yang sangat jelas dalam jarak vertikal yang sangat
pendek yang dikenal Taksonomi Tanah sebagai Abrupat Tekstural Change (perubahan
tekstur yang sangat ekstrim).
Pada tanah Alfisol memilki kandungan P dan K sangat
tergantung dengan umur dan macam tuff. Tanah-tanah yang berkembang dari batuan
kapur tidak memperlihatkan bercak-bercak besi dan mangan, tekstur dengan
bercak-bercak gloy, pH dan kejenuhan basa yang tinggi serta kandungan P dan K
yang rendah. Biasanya pada tanah Alfisol terdapat konkresi di bawah pada bajak
dan mempunyai liat pada pod surfaces. Bentuk dan sifat pergerakan serta
redistribusi fosfor telah menjadi bahan pada banyak penelitian dalam Alfisol dan
tanah-tanah lainnya. Hal ini utamanya diakibatkan oleh peranan fosfor dalam
hara tanaman. Translokasi fosfor dalam Albaqualfs dan menemukan adanya
penimbunan P dari tanah-tanah sekitarnya yang tergolong Aquoll. Dengan
meningkatnya perkembangan profil kalsium-P berkurang dalam profil yang terlapuk
sementara Fe-P meningkat. Horison-horison dengan liat maksimum umumnya
mengandung total P yang minimal yang menunjukkan bahwa liat tidak efektif dalam
mengikat P
DAFTAR PUSTAKA
Sumarni.N, R. Rosliani, dan A.S duriat. 2010. Pengelolaan
Fisika, Kimia, dan Bioligi tanah untuk meningkatkan kesuburan lahan dan hasil
cabai merah. Bandung:Balai penelitian tanaman sayur.
J.Hort.20(2):130-137,2010
Komentar
Posting Komentar